5 Asal Usul Murai Batu Blorok dan Faktor Penyebabnya

Burungnya.com – Sampai sekarang Murai Batu Blorok masih dianggap burung langka. Penyebab munculnya burung ini masih dipertanyakan karena misterius. Dari beberapa anakan Murai Batu, terkadang bisa muncul burung tersebut. Lantas, dari mana asal usul Murai Batu Blorok?

Pertanyaan ini pasti sempat terpikir di benak Anda, terutama jika Anda seorang penangkar Murai Batu. Bagaimana tidak, Murai Batu biasa tentunya sudah terlalu umum atau mainstream. Sementara kelahiran burung bulu Blorok, seperti mendapat mutiara di tengah lautan.

Tak heran, beberapa peternak Murai Batu mulai mencoba mengawinsilangkan burungnya agar keluar blorok. Sayang, hal tersebut cukup sulit karena belum diketahui pasti apa faktor yang menyebabkan bisa muncul anakan burung Blorok.

"Asal

Asal Usul Murai Batu Blorok

Saat melihat judul artikel asal usul Murai Batu yang bulunya blorok, mungkin Anda berpikiran bahwa burung ini berasal dari daerah tertentu. Padahal, pemilihan kata ‘asal usul’ untuk menunjukkan faktor yang menyebabkan kemunculan Murai Batu berbulu Blorok.

Burung Murai Batu Bulu Blorok atau Loreng-loreng bisa muncul karena beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut:

  • Depigmentasi
  • Kekurangan Mineral
  • Mutasi
  • Kawin silang
  • Penyakit tertentu

Dari penjelasan tersebut, mungkin Anda masih bingung apa yang dimaksud dengan depigmentasi, malnutrisi, mutasi, dan kawin silang atau crossing. Agar Anda tidak bingung, kami akan menjelaskan satu per satu.

1. Depigmentasi

Pengertian depigmentasi adalah terjadinya gangguan metabolisme yang menyebabkan proses molting atau mabung berjalan lambat. Sehingga pigmen asli pada burung akan menghilang.

Pigmen Melanin Terganggu

Untuk kasus Murai Batu Blorok, pigmen yang terganggu adalah melanin. Pigmen ini berpengaruh pada warna bulu hitam, cokelat, dan merah cokelat atau orange. Hal ini yang menyebabkan warna hitam di sayap, dada, dan bulu ekor Murai Batu bisa berubah menjadi blorok atau putih.

Selain itu, warna perut yang tadinya cokelat tua dapat memudar menjadi putih semi orange pucat. Dalam hal ini pigmen melanin tidak bekerja maksimal sehingga terjadilah depigmentasi.

Dari hasil penelitian Dr Mattew Shawkey dari Universitas Akron, Ohio, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa warna bulu burung dipengaruhi partikel hamburan cahaya dari komponen struktur nano pada keratin dan melanin dari bulu tersebut. Ini yang menyebabkan warna bulu Murai Batu bisa berubah menjadi blorok atau ‘blonteng-blonteng’.

2. Kekurangan Mineral

Seorang kicau mania yang merangkap sebagai penangkar yakni Alan dari Singapura mengatakan bahwa bulu Murai Batu miliknya khususnya di bagian perut berubah. Awalnya, bulu berwarna cokelat, setelah mabung berganti menjadi putih. Dulu burung agresif, sekarang menjadi pendiam dan lebih sering berada di dasar sangkar.

Defisiensi Mineral

Ternyata perubahan warna bulu ini karena kekurangan mineral atau defisiensi mineral. Seperti Murai Batu milik David yang berubah warna bulu pasca mabung. Bulu ekor panjang Murai Batu dari yang warnanya hitam berubah menjadi putih.

Walau proses mabung sudah selesai, bulu ekor masih terlihat putih. Sepertinya kalau sudah demikian, bulu burung sulit dikembalikan menjadi hitam lagi.

Kekurangan Vitamin B-kompleks

Untuk kasus burung yang agresif jadi pendiam, mungkin penyebabnya karena kekurangan vitamin B-kompleks. Vitamin ini untuk menjaga fungsi saraf dan pencernaan protein. Nah, kekurangan vitamin B-kompleks juga menyebabkan nafsu makan burung berkurang. Sehingga burung terlihat lesu dan lemas.

Malnutrisi

Tahukah Anda, malnutrisi bisa memunculkan garis stres di daerah pigmentasi gelap. Sehingga bulu burung Murai Batu berubah. Selain itu, perubahan bulu Murai Batu menjadi blorok bisa juga terjadi karena kekacauan metabolisme atau gizi buruk selama proses mabung. Hal tersebut disampaikan oleh Margaret A. Wissman (2005) yang dipublikasikan di artikel Birdchannel.com.

3. Mutasi

Faktor lain yang dapat menyebabkan pola warna bulu berubah adalah mutasi yang tidak disengaja. Biasanya pengaruh mutasi tak disengaja yaitu faktor lingkungan. Selain itu, bisa juga karena perubahan susunan DNA yang tersimpan dalam gen.

Murai Batu yang mengalami mutasi tak disengaja, saat dikawinkan dengan Murai Batu normal atau sesama burung yang mengalami mutasi tak disengaja maka kemungkinan akan menghasilkan anakan Murai Batu bulu Blorok.

4. Kawin Silang

Ternyata Murai Batu bulu blorok juga bisa didapat dari kawin silang antara dua jenis burung dalam spesies sama atau dua spesies berbeda tetapi mempunyai hubungan kekerabatan sangat dekat. Murai Batu Adipati dan dua anakan Panthom dulu disilangkan dengan Murai Batu bulu normal dan Murai Batu bulu Blorok lain sehingga menghasilakan keturunan blorok.

5. Penyakit Tertentu

Menurut penjelasan Margaret A. Wissman, perubahan warna bulu burung juga bisa terjadi karena penyakit tertentu. Namun, kasus seperti ini lebih sering terjadi pada jenis burung paruh bengkok. Contohnya, burung Palek yang terkena penyakit liver berat dapat mengalami perubahan warna bulu dari abu-abu menjadi kuning cerah.

Kesimpulan

Demikian beberapa asal usul Murai Batu Blorok dan penyebab mengapa bisa terlahir Murai Batu berbulu Blorok. Sebenarnya banyak kemungkinan, tetapi cukup sulit untuk mencari titik temu untuk mendapatkan Murai Batu dengan bulu loreng.

Baca juga:

Meski begitu, Anda tak perlu berkecil hati. Anda dapat mencoba segala kemungkinan tersebut, siapa tahu anakan Murai Batu yang muncul bisa berbulu blorok. Di samping itu, banyak berdoa saat mengawinkan burung, agar anakannya nanti secara tidak sengaja bisa menjadi burung blorok.

Jika artikel Burungnya.com bermanfaat, jangan lupa bagikan ke teman-teman yang lain dan follow Instagram @burungnyadotcom. Terima kasih.

Leave a Comment