Ciri Fisik Jalak Bali (twitter.com)Ciri Fisik Jalak Bali (twitter.com)

Burungnya.com – Burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) merupakan burung yang hanya ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali dan jadi hewan endemik Indonesia. Tahukah Anda, burung ini mempunyai ciri fisik khusus yang tidak dimiliki burung lain. Burung Jalak Bali juga dijadikan maskot daerah Bali sejak tahun 1991.

Berbicara tentang ciri-ciri fisik, burung Bali Myna ini cukup mudah dikenali. Sebab, jarang sekali ditemukan burung yang memiliki fisik serupa. Bagaimana tidak tubuhnya didominasi warna putih. Hampir seluruh tubuhnya berwarna putih, tetapi ada warna lain yang menghiasi tubuh indahnya, seperti warna biru dan hitam.

Nah, kami akan membahas lebih detail tentang ciri fisik Jalak Bali. Dengan begitu, Anda akan lebih mudah mengenalinya. Saat Anda liburan ke Bali bagian barat, tentu Anda akan lebih mudah mengenali bahwa burung tersebut adalah Jalak Bali.

Ciri Fisik Burung Jalak Bali

  1. Seluruh tubuh didominasi bulu berwarna putih.
  2. Bagian mata terdapat kacamata warna biru keunguan.
  3. Kepala dihiasi jambul yang bisa lurus menyerupai rambut panjang dan berdiri seperti mahkota.
  4. Paruh hitam keabu-abuan dengan ujung sedikit memudar.
  5. Ujung sayap warna hitam pekat.
  6. Bagian ujung ekor warna hitam legam.
  7. Kaki warna abu-abu agak kebiruan.
  8. Telur Jalak Bali warna biru keunguan.
  9. Berat tubuh mencapai 107,75 gram.
  10. Jumlah bulu sayap sebanyak 11-12 helai.
  11. Bagian bulu ekor sebanyak 17-18 helai.
  12. Panjang paruh sekitar 2-3 cm.
  13. Ukuran tubuh sekitar 25 cm.
  14. Panjang kepala burung ini 5 cm.
  15. Leher memiliki panjang 2 cm.
  16. Panjang sayap sekitar 13 cm.
  17. Ekor panjangnya sekitar 6 cm.
Penyebab Jalak Bali Langka (silentforest.eu)
Penyebab Jalak Bali Langka (silentforest.eu)

Penyebab Kelangkaan Jalak Bali

Burung Jalak Bali dulu sangat mahal sampai dihargai puluhan juta rupiah per ekor. Sejak saat itu, banyak orang yang memburu Jalak Bali. Hingga akhirnya di era tahun 1990-an burung ini terancam punah.

Perburuan Liar dan Habitat Rusak

Populasi Jalak Bali saat ditemukan pertama kali mencapai 900 ekor di tahun 1912. Bahkan, burung ini sempat tersisa 50 ekor. Penyebab kelangkaan Jalak Bali tentu karena perburuan liar dan kerusakan habitat yang dirusak manusia.

Pemerintah langsung mengambil tindakan dengan cara menjadikan Jalak Bali sebagai satwa dilindungi di tahun 1970. Hal tersebut tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian no. 421/KPTS/UM/8/1970.

Setelah jadi burung dilindungi, jumlah burung ini masih memprihatinkan. Bagaimana tidak, di tahun 1990 jumlah Jalak Bali cuma 13 ekor saja yang hidup di Taman Nasional Bali Barat. Selain itu, jumlah penyebaran Jalak Bali hanya 30 ekor saja menurut inventarisasi di bulan Oktober 2008.

Cuma Bertelur 3 Butir

Tak hanya perburuan liar dan kerusakan habitat, Jalak Bali menjadi langka karena dia hanya bertelur sebanyak 3 butir setiap masa perkawinan. Itupun telurnya belum tentu menetas semua. Sehingga cukup sulit burung Jalak Bali menghasilkan keturunan.

Konservasi Jalak Bali (studyabroad.sit.edu)
Konservasi Jalak Bali (studyabroad.sit.edu)

Konservasi Jalak Bali

Upaya untuk menanggulangi kepunahan dilakukan dengan cara konservasi secara in-situ (di dalam habitat alami) dan ex-situ (di luar habitat alami) dengan membuat penangkaran.

PT Pertamina (Persero) juga berusaha menanggulangi kepunahan burung Jalak Bali melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) di Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Ngurah Rai. Program CSR ini berupa Edupark dan konservasi Jalak Bali di Desa Sibangkaja, Kabupaten Badung.

Pertamina menjalankan program tersebut untuk meningkatkan populasi burung Jalak Bali dan melakukan edukasi pada masyarakat supaya mau melestarikan satwa endemik Pulau Bali.

Baca juga:

Inovasi dari Pertamina

Pihak Pertamina juga membuat inovasi inkubator telur yang dapat menjaga kualitas telur Jalak Bali. Harapannya supaya harapan hidup dan tingkat menetasnya telur semakin besar.

Pertamina juga memberikan inovasi pakan Jalak Bali sejak tahun 2007. Pakan tersebut berupa dedak jagung, sentrat, cangkang kepiting, dedak padi, madu, dan vitamin burung lainnya.

Cangkang kepiting diambil dari Kampung Kepiting yang letaknya dekat dengan Desa Sibangkaja. Pemberian campuran kepiting supaya Jalak Bali mendapatkan asupan kalsium yang tinggi.

Kabar baiknya, konservasi tersebut sukses. Awalnya Jalak Bali cuma 18 ekor di tahun 2015, kemudian berkembang menjadi 45 ekor di penangkaran Jalak Bali Desa Sibangkaja. Sekarang desa tersebut mendapat julukan Kampung Jalak Bali berkat kontribusinya dalam melestarikan burung.

Konservasi Jalak Bali Pertama Kali

Oh iya, program konservasi Jalak Bali pertama kali dilakukan oleh kelompok pecinta burung di desa Sibangkaja. Mereka tergerak hatinya untuk melestarikan burung Jalak Bali. Kelompok ini diberi pelatihan dan dibuatkan kandang Jalak Bali di rumah masing-masing.

Selain itu, setiap rumah di Desa Sibangkaja harus memelihara minimal sepasang burung Jalak Bali. Pemeliharaan ini sebagai bentu kepedulian masyarakat kepada burung tersebut.

Kesimpulan

Demikian beberapa ciri fisik Jalak Bali, penyebab kelangkaan, dan konservasi. Seluruh pihak kerjasama untuk melestarikan burung Jalak Bali. Dari jumlah belasan ekor, kemudian berkembang menjadi puluhan ekor. Mungkin sekarang jumlah Jalak Bali di Indonesia sudah mencapai ratusan ekor.

Mulai dari masyarakat sekitar, Pertamina, hingga pemerintah berusaha agar Jalak Bali tidak punah. Mereka melakukan konservasi in-situ dan ex-situ, hingga membuat program CSR serta Edupark.

Jika artikel Burungnya.com bermanfaat, jangan lupa bagikan ke teman-teman yang lain dan follow Instagram @burungnyadotcom. Terima kasih.

Leave a Reply