Mitos Burung Hantu Pembawa Sial Menurut Islam

Burungnya.com – Sebagian orang menganggap suara burung Hantu di malam hari sebagai pertanda kesialan atau malapetaka. Terkadang, ada juga orang yang beranggapan bahwa burung Hantu di atap rumah pertanda akan ada kematian. Benarkah hal tersebut? Bagaimana pandangan Islam mengenai mitos burung Hantu pembawa sial?

Dalam Islam semua hal dibahas secara lengkap, bahkan tentang burung Hantu sekalipun. Terkait burung Hantu pembawa sial, itu juga disampaikan di Al Qur’an dan Hadits. Pembahasan burung Hantu pembawa sial sangat jelas, ditambah penjelasan di hadits.

Kami mencari referensi tentang mitos burung Hantu yang dipercaya pertanda kematian, pertanda ada hantu, dan pembawa sial menurut pandangan Islam.

Ternyata hal tersebut sudah dibahas di kitab tauhid penulis Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi, Judul Asli: Kitabut-Tauhid, Bab 28: Penentuan Nasib Dengan Burung (Tathoyyur).

Untuk melengkapi pembahasan tentang burung Hantu pembawa sial, kami melengkapi dengan sumber di Al Qur’an dan Hadits.

Mitos Burung Hantu Pembawa Sial di Al Qur’an

1. Firman Allah Subhanahu wata’ala:

ألا إنما طائرهم عند الله ولكن أكثرهم لا يعلمون

“Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi mereka tidak mengetahui” (QS. Al A’raf, 131).

2. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

قالوا طائرهم معكم أئن ذكرتم بل أنتم قوم مسرفون

“Mereka (para Rasul) berkata : “kesialan kalian itu adalah karena kalian sendiri, apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib sial)? sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.” (QS. Yasin, 19).

Burung Hantu Pembawa Sial Menurut Hadits

1. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“لا عدو ولا طيرة ولا هامة ولا صفر ” أخرجاه, وزاد مسلم ” ولا نوء ولا غول”.

“Tidak ada ‘penularan penyakit (Adwa), tidak ada burung penentu nasib baik dan buruk (Thiyarah), tidak ada burung hantu pembawa sial (Hamah), tidak ada bulan shafar pembawa sial atau keberuntungan (Shofar)” (HR. Bukhori dan Muslim), dan dalam riwayat Imam Muslim terdapat tambahan: “ dan tidak ada bintang penentu hujan (Nau)’, serta tidak ada hantu (ghaul).” 1).

2. Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan pula dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda:

“لا عدو ولا طيرة ويعجبني الفأل”، قالوا : وما الفأل ؟ قال : ” الكلمة الطيبة”.

“Tidak ada ‘Adwa dan tidak ada Thiyarah, tetapi Fa’l menyenangkan diriku”, para sahabat bertanya: “apakah Fa’l itu ?” beliau menjawab: “yaitu kalimah thoyyibah (kata kata yang baik)”.

3. Abu Daud meriwayatkan dengan sanad yang shoheh, dari Uqbah bin Amir, ia berkata: “Thiyarah disebut-sebut dihadapan Rasulullah, maka beliaupun bersabda:

“أحسنها الفأل، ولا ترد مسلما، فإذا رأى أحدكم ما يكره فليقل : اللهم لا يأتي بالحسنات إلا أنت، ولا يدفع السيئات إلا أنت، ولا حول ولا قوة إلى بك”.

“Yang paling baik adalah Fa’l, dan Thiyarah tersebut tidak boleh menggagalkan seorang muslim dari niatnya, apabila salah seorang di antara kamu melihat sesuatu yang tidak diinginkannya, maka hendaknya ia berdo’a: Ya Allah, tiada yang dapat mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, dan tiada yang dapat menolak kejahatan kecuali Engkau, dan tidak ada daya serta kekuatan kecuali atas pertolonganMu”.

4. Abu Daud meriwayatkan hadits yang marfu’ dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“الطيرة شرك، الطيرة شرك، وما منا إلا …، ولكن الله يذهبه بالتوكل ” رواه أبو داود والترمذي وصححه وجعل آخره من قول ابن مسعود.

“Thiyarah itu perbuatan syirik, thiyarah itu perbuatan syirik, tidak ada seorangpun dari antara kita kecuali (telah terjadi dalam hatinya sesuatu dari hal ini), hanya saja Allah Subhanahu wata’ala bisa menghilangkannya dengan tawakkal kepadaNya”. (HR.Abu Daud).

Hadits ini diriwayatkan juga oleh At Tirmidzi dan dinyatakan shoheh, dan kalimat terakhir ia jadikan sebagai ucapannya Ibnu Mas’ud.

5. Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“من ردته الطيرة عن حاجته فقد أشرك “، قالوا : فما كفارة ذلك ؟ قال : أن تقول : اللهم لا خير إلا خيرك، ولا طير إلا طيرك، ولا إله إلا غيرك”.

“Barang siapa yang mengurungkan hajatnya karena thiyarah ini, maka ia telah berbuat kemusyrikan”,

para sahabat bertanya: “lalu apa yang bisa menebusnya ?”, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menjawab:” hendaknya ia berdoa: “Ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikan dariMu, dan tiada kesialan kecuali kesialan dariMu, dan tiada sesembahan kecuali Engkau”.

6. Riwayat yang lain dari Fadl bin Abbas, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“إنما الطيرة ما أمضاك أو ردك”

“Sesugguhnya Thiyarah itu adalah yang bisa menjadikan kamu terus melangkah, atau yang bisa mengurungkan niat (dari tujuan kamu)”.

Peringatan atas firman Allah “Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi mereka tidak mengetahui” dan “kesialan kalian itu adalah karena kalian sendiri”.

  • Menghilangkan adanya kepercayaan adanya penularan penyakit.
  • Menghapus penentuan nasib dengan burung dan yang lainnya.
  • Menghilangkan kepercayaan terhadap burung Hantu (suara burung Hantu) yang dianggap pembawa sial.
  • Menghapuskan adanya kesialan dalam bulan shafar.
  • Al Fa’l tidak termasuk yang dilarang oleh Rasulullah, bahkan dianjurkan.

Apabila terjadi tathoyyur dalam hati seseorang, tetapi dia tidak menginginkannya, maka hal itu tidak apa-apa baginya, bahkan Allah Subhanahu wata’ala akan menghilangkannya dengan tawakkal kepadaNya. Ditegaskan bahwa thiyarah itu termasuk syirik.

Baca juga:

1. Adwa

Penjangkitan atau penularan penyakit. Maksud sabda Nabi di sini ialah untuk menolak anggapan mereka ketika masih hidup di zaman jahiliyah, bahwa penyakit berjangkit atau menular dengan sendirinya, tanpa kehendak dan takdir Allah.

Anggapan inilah yang ditolak oleh Rasulullah, bukan keberadaan penjangkitan atau penularan, sebab dalam riwayat lain, setelah hadits ini, disebutkan:

(وفروا من المجذوم كما تفروا من الأسد)

“… dan menjauhlah dari orang yang terkena penyakit kusta (lepra) sebagaimana kamu menjauh dari singa.” (HR. Bukhori).

Ini menunjukkan bahwa penjangkitan atau penularan penyakit dengan sendirinya tidak ada, tetapi semuanya atas kehendak dan takdir Ilahi.

Namun sebagai insan muslim di samping iman kepada takdir tersebut haruslah berusaha melakukan tindakan preventif sebelum terjadi penularan sebagaimana usahanya menjauh dari terkaman singa. Inilah hakekat iman kepada takdir Ilahi.

2. Thiyarah

Merasa bernasib sial atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang lainnya, atau apa saja.

3. Hamah

Orang-orang jahiliyah merasa bernasib sial saat melihat burung Hantu. Apabila ada burung Hantu hinggap di atas rumah salah seorang di antara mereka, dia merasa bahwa burung ini membawa berita kematian tentang dirinya sendiri, atau salah satu anggota keluarganya.

Maksud beliau adalah untuk menolak anggapan yang tidak benar ini. Bagi seorang muslim, anggapan seperti ini harus tidak ada, semua adalah dari Allah dan sudah ditentukan olehNya.

4. Shafar

Bulan kedua dalam tahun hijriyah, yaitu bulan sesudah Muharram. Orang-orang jahiliyah beranggapan bahwa bulan ini membawa nasib sial atau tidak menguntungkan.

Yang demikian dinyatakan tidak ada oleh Rasulullah. Dan termasuk dalam anggapan seperti ini : merasa bahwa hari rabu mendatangkan sial, dan lain lain. Hal ini termasuk jenis thiyarah, dilarang dalam Iselam.

5. Nau’

Arti asalnya adalah : tenggelam atau terbitnya suatu bintang. Orang-orang jahiliyah menisbatkan turunnya hujan kepada bintang ini, atau bintang itu.

Maka Islam datang mengikis anggapan seperti ini, bahwa tidak ada hujan turun karena suatu bintang tertentu, tetapi semua itu adalah ketentuan dari Allah.

6. Ghaul

Hantu (gendruwo), salah satu makhluk jenis jin. Mereka beranggapan bahwa hantu ini dengan perubahan bentuk maupun warnanya dapat menyesatkan seseorang dan mencelakakannya. Sedang maksud sabda Nabi di sini bukanlah tidak mengakui keberadaan makhluk seperti ini, tetapi menolak anggapan mereka yang tidak baik tersebut yang akibatnya takut kepada selain Allah, serta tidak bertawakkal kepadaNya.

Inilah yang ditolak oleh beliau, untuk itu dalam hadits lain beliau bersabda: “Apabila hantu beraksi manakut-nakuti kamu, maka serukanlah adzan.”

Artinya: tolaklah kejahatannya itu dengan berdzikir dan menyebut Allah. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al Musnad.

Dikutip dari: Kitab tauhid penulis Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi, Judul Asli: Kitabut-Tauhid, Bab 28: Penentuan Nasib Dengan Burung (Tathoyyur).

Sumber: qurandansunnah.wordpress.com

Jika artikel Burungnya.com bermanfaat, jangan lupa bagikan ke teman-teman yang lain dan follow Instagram @burungnyadotcom. Terima kasih.

1 thought on “Mitos Burung Hantu Pembawa Sial Menurut Islam”

Leave a Comment